Arsip:

Sekilas Info

Tamu Spesial: Kunjungan Keluarga Prof. Dr. W.F. Wertheim di PSPK UGM

Pada hari Rabu, tanggal 24 Mei 2023, PSPK UGM kedatangan tamu spesial yakni keluarga Prof. Dr. W.F. Wertheim langsung dari Negeri Kincir Angin Belanda. Keluarga atau rombongan yang datang berjumlah 3 orang dan terdiri dari putri, anak menantu dan cucu Prof. Wertheim. Kunjungan kali ini diinisiasi oleh Ibu Anne-Ruth Wertheim (Putri Kandung Prof. Wertheim) yang tiba di PSPK tepat pukul 10.00 WIB, dan disambut langsung oleh Prof. Dr. Bambang Hudayana, M.A. (Kepala PSPK UGM).

Adapun tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk melakukan kilas balik (napak tilas) sepak terjang Prof. Wertheim dalam membangun PSPK UGM, serta sumbangsih pemikiran yang beliau tuangkan dalam bentuk koleksi buku yang masih tersimpan rapi di perpustakaan PSPK dan “Wertheim Collection”. Kunjungan yang dilakukan diwarnai dengan berbagai acara seperti penyambutan dari kepala PSPK, sesi diskusi bersama peneliti PSPK dan mahasiswa UGM, hingga room tour melihat ruangan-ruangan beserta koleksi buku milik Prof. Wertheim. Pada sesi diskusi, acara dipimpin oleh peneliti PSPK yaitu Mohammad Ghofur sebagai moderator dan dilanjutkan dengan pemaparan mengenai cerita singkat sejarah Prof. Wertheim oleh putrinya yaitu Ibu Anne-Ruth. Tak lupa setelah sesi diskusi bersama dilakukan, Keluarga Wertheim melalui putrinya menyampaikan harapannya bahwa peninggalan Prof. Wertheim terutama koleksi buku-buku yang ada harus tetap dijaga kondisinya. Harapan tersebut dilandasi atas asas kebermanfaatan bagi peneliti maupun mahasiswa yang ingin menggali informasi dan menambah wawasan melalui buku-buku koleksi, pemikiran dan tulisan-tulisan langsung dari Prof. Wertheim.

Setelah kegiatan kunjungan dilakukan, Keluarga Wertheim berpamitan dan memberikan salam perpisahan yang ditandai dengan pemberian 3 buah buku karangan Prof. Wertheim yang selama ini ada di Belanda untuk disimpan bersama di Perpustakaan Wertheim Collection. Pada momen tersebut, seorang Mahasiswa Magister Sejarah UGM yang bernama Taufik mengungkapkan kegembiraan dan rasa syukurnya. Karena, salah satu buku yang diserahkan ke PSPK oleh Keluarga Wertheim merupakan buku langka yang susah ditemukan dan relevan untuk keperluan pemenuhan data tesis yang saat ini sedang dia kerjakan. Tidak hanya satu buku itu saja, dua buku yang lain juga sangat berperan penting untuk menambah khazanah ilmu khususnya mengenai kajian tentang pedesaan dan kawasan, perubahan sosial secara umum, beserta kultur yang terkandung pada setiap masyarakat adat atau lokal di daerahnya.

 

Penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama antara UGM dengan Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Pada hari Jumat tanggal 6 Maret 2015 telah ditandatangani nota kesepahaman bersama antara Universitas Gadjah Mada dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi di balai senat UGM. Universitas Gadjah Mada diwakili oleh rektor Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, Ph.D, sedangkan kementrian Desa, PDT, dan Transmigrasi diwakili oleh Marwan Ja’far, menteri Desa, PDT dan Transmigrasi. Nota kesepahaman tersebut merupakan payung hukum antara kedua belah pihak untuk melakukan kerjasama di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, untuk jangka waktu 5 tahun ke depan.

Dalam sambutannya, Rektor UGM Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., mengatakan pihaknya mendukung program pemerintah yang akan memprioritaskan pembangunan yang dimulai dari desa. UGM,sesuai dengan kerja sama yang sudah dijalin tersebut, siap mengerahkan 7.500 mahasiswa setiap tahunnya melalui program Kuliah Kerja Nyata. Mahasiswa KKN PPM UGM ini akan diterjunkan di desa-desa tertinggal di seluruh Indonesia. “Kita terjunkan secara reguler dan bergelombang agar bisa bisa mendukung program kementerian desa dalam pengentasan desa tertinggal,” katanya. Menurut Dwikorita, pengentasan kemiskinan desa yang dilakukan UGM dilakukan dengan berbasis riset, kajian dan solusi strategis dengan merintis desa tangguh dalam bidang kebencanaan, sosial ekonomi dan kemandirian energi dan semangat anti korupsi.

Sementara itu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar mengatakan pemerintah akan mengakhiri program kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) pada akhir April 2015. Sebagai gantinya pemerintah akan melaksnakan program pendampingan desa dengan merekrut tenaga pendamping desa untuk mengawal pembangunan desa seiring pengucuran dana desa dari pemerintah pusat. Tenaga pendamping ini, kata Marwan, akan melakukan penguatan kapasitas aparatur desa dan pendampingan administrasi keuangan. “Idealnya satu desa satu pendamping, tenaga pendamping akan direkrut setelah bulan april ini,” kata Marwan Ja’far.

Marwan menyebutkan puluhan ribu tenaga pendamping desa ini akan ditempatkan pada 43 ribu desa tetinggal, dimana 17.500 desa diantaranya masuk dalam kategori desa sangat tertinggal. Sebelum menerjunkan tenaga pendamping, kata Marwan, kementeriannya akan mengindentifikasi kebutuhan desa, jumlah ketersediaan pangan dan kebutuhan air bersih serta sarana dan prasarana infrastruktur. “Kita menyiapkan dananya sekitar Rp 29 Triliun untuk desa sangat tertinggal ini, namun masuk dalam perencanaan 2016 nanti,” ujarnya.

Kepala Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) UGM, Dr. Bambang Hudayana, mengatakan pihaknya mengaku siap dilibatkan dalam penguatan kapasitas tenaga pendamping desa melalui program sekolah desa. Menurutnya, kegiatan tersebut diharapkan agar memperkuat kapasitas tenaga pendamping desa saat bekerja di lapangan. “Jangan sampai pembangunan desa hanya menjadi wacana publik. Perguruan tinggi dan masyarakat sipil saya kira perlu mengawal pembangunan desa tersebut agar bisa terealisasi dengan baik,” ungkapnya.

Seminar Politik Pangan untuk Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Kebijakan pangan nasional yang diambil pemerintah saat ini dinilai tidak memberikan perlindungan terhadap petani. Kebijakan yang ada juga tidak mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan nasional, tetapi lebih ke arah politik pencitraan dengan adanya kebijakan bebas bea masuk pangan impor. Hal tersebut mengemuka dalam Seminar Politik Pangan untuk Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, yang digelar di Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) UGM, Selasa (12/4). Seminar dalam rangka perayaan ulang tahun ke-38 PSPK UGM ini pada sesi I menghadirkan pengamat ekonomi pertanian UGM, Prof. Dr. Moch. Maksum Machfoedz, peneliti pangan, Dr. Emi Harmayani, M.Sc., dan Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K) selaku moderator, dan pada sesi II menghadirkan aktivis kedaulatan pangan Dr. Francis Wahono, Prof.Susetiawan dan Dr. Ja’far Sidieq selaku moderator.

Maksum menilai kebijakan pemerintah sangat tidak cerdas dan cenderung untuk kepentingan sesaat dengan melakukan kebijakan pangan murah dan bebas bea masuk pangan impor. “Banyak kebijakan kontroversial dan kontraproduktif, misalnya Presiden menginstruksikan adanya program kemandirian pangan. Namun, kebijakan yang diambil justru melakukan bebas bea masuk pangan impor,” ujar Maksum.

Selain itu, pemerintah juga tidak melakukan proteksi hasil pertanian dalam negeri. Hal tersebut berbeda dengan yang dilakukan Pemerintah China yang memberikan kebijakan pertanian pro rakyat. “Untuk bisnis unggas saja, di negara lain pakan diproteksi, bahkan diberikan secara gratis untuk melindungi petaninya,” imbuhnya.

Kebijakan industrialisasi yang tidak pro pertanian ini, menurut Maksum, menyebabkan sembilan komoditas pangan nasional hampir semuanya impor. Disebutkan bahwa komoditas gandum dan terigu masih impor 100%, bawang putih 90%, susu 70%, daging sapi 36%, bibit ayam ras 100%, kedelai 65%, gula 40%, jagung 10%, dan garam 70%.

Melihat kondisi tersebut, Maksum pesimis target swasembada beberapa komoditas pangan yang dicanangkan pemerintah akan tercapai. “Program swasembada daging sapi itu sudah lima kali dicanangkan. Semuanya belum berhasil,” ujarnya. Maksum juga berpendapat sudah saatnya pemerintah mengeluarkan kebijakan pangan nasional yang pro pertanian dengan memberikan perlindungan terhadap petani, mulai dari harga jual, bibit, pakan, hingga kebijakan agroindustri yang melindungi petani.

Sementara itu, peneliti pangan, Emi Harmayani, mengatakan ketergantungan pada produk terigu dan beras saat ini di masyarakat sangat rawan. Oleh karena itu, perlu diatasi dengan kebijakan diversifikasi pangan lokal. Tidak adanya kebijakan yang berpihak pada pangan lokal dan rendahnya pengetahuan serta konsumsi makakan bergizi telah menyebabkan masyarakat kurang mengapresiasi pangan lokal. “Masih ada yang menganggap pangan lokal ini inferior,” katanya.

Menurut Emi, potensi pangan lokal di masing-masing daerah cukup beragam. Dari hasil penelitiannya, beberapa jenis pangan lokal di DIY yang potensial untuk dikembangkan adalah jenis umbi-umbian, seperti ubi kayu, garut, ubi jalar, dan ganyong. “Masyarakat DIY masih mengenal, mengonsumsi, dan membudidayakan 10 jenis umbi ala kadarnya, kecuali ketela pohon dan ubi jalar,” jelasnya.

Staf pengajar Fakultas Teknologi Pertanian UGM ini menjelaskan umbi-umbian lokal mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap pangan impor. Pangan lokal ini bahkan memiliki potensi lebih baik daripada bahan impor karena mempunyai kesesuaian biologis yang lebih tinggi dengan manusia dan mikrobiota lokal Indonesia.

Pada sesi kedua Francis Wahono menyampaikan hasil penelitiannya di Sleman bahwa kondisi petani pada saat ini sedang “sekarat” dan semakin menjauh dari “berdaulat”. Terdapat beberapa unsur yang menjadi indikator dari kondisi “sekarat” atau “berdaulat” dari kaum petani, yaitu, ketangguhan, kemandirian, dan kemerdekaan. Apabila petani memiliki semua unsur tersebut maka petani dikatakan “berdaulat” namun bila ketiga unsur tersebut tidak dimiliki maka petani berada dalam kondisi “sekarat”.

Konsep tangguh mengandung pengertian seperti yang tercakup dalam istilah Inggris “survivors”, yang mampu “survived”. Bertolak belakang dengan pengertian “korban” atau “victim” yang berarti menyerah kalah pada keadaan, istilah “tangguh” atau survivors mengandung pengertian kemampuan untuk berjuang tiada lelah, melawan segala kendala sumber daya dan tindak penindasan dan peminggiran yang menimpa dirinya. Untuk mendapat sedikit dari haknya yang banyak petani mesti berjuang tiada henti-hentinya, bahkan sampai kulit pembalut tulang yang hitam legam. Perjuangan itu harus dilakukan apabila ia ingin tetap hidup.

Konsep mandiri mengandung arti bahwa petani bebas dari tekanan luar diri dan mampu merealisasikan potensi dirinya. Kemandirian merupakan hasil nyata dari ketangguhan petani. Kondisi masih adanya tekanan dari luar diri dan oleh karenanya masih adanya penghalang terhadap usaha mewujudkan potensinya, telah membuat petani belum mandiri.

Kemandirian petani merupakan syarat dari kemerdekaan petani. Apabila petani masih belum mandiri maka ia tidak akan dapat mencapai kondisi merdeka. Istilah merdeka menunjuk pada kondis petani yang pantang menyerah, tetapi berani berjuang dan di dalam perjuangan itu ia meraih kemandirian sehingga ia akhirnya dapat merealisasikan potensi-potensinya. Petani yang mampu merealisasikan potensi adalah petani yang berdaulat.

Dari penelitian yang dilakukan Francis Wahono menyimpulkan bahwa kondisi petani di daerah penelitian pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya masih jauh dari berdaulat. Indikator yang dipakai untuk menunjukkan bahwa kondisi petani masih sekarat antara lain, dari sisi produksi, unsur  tanah, semakin sempitnya pemilikan lahan akibat terjadinya alih fungsi lahan, semakin turunya kualitas lahan pertanian, unsure air, privatisasi air yang menyebabkan petani kekurangan sumber daya air untuk irigasi karena dikuasi perusahaan air minum, unsure benih, ketergantungan petani pada bibit transgenic yang hanya dapat diproduksi oleh pabrik, unsure asupan lainnya, ketergantungan petani pada sarana produksi pertanian yang besifat unorganik, unsure tenaga kerja, kekurangan tenaga kerja yang mau terjun dibidang pertanian akibat tingginya urbanisasi, dan unsure kebijakan pemerintah, kebijakan pemerintah yang kurang mendukung sector pertanian tetapi mengutamakan sektor industri dan perdagangan.

Sedangkan dari sisi distribusi, unsure pangan, adanya prinsip asal rakyat makan sehingga ditempuh cara instant yaitu impor pangan, pengembangan produksi dalam negeri diabaikan. Adanya pandangan bahwa tanah, air, keanekaragaman hayati, dan tenaga merupakan komoditi, sehinga penting atau tidaknya tergantung harga. Lebih baik semua itu untuk kebun dan tambang yang harga jual dipasar internasional lebih mahal dari harga jual produk pertanian. Unsur energi/kelayakan hidup, mumpung memiliki tabungan energy, apapun dieksploitasi secepatnya mumpung harga mahal. Energi terbarukan dipandang sebagai teknologi mahal sehingga tidak layak dikembangkan, maka lebih enak menjual hutan. Hidup dan kerja untuk mengejar keinginan yang tanpa batas. Unsur pendidikan/kesehatan, lebih mengutamakan pendidikan yang berprinsip link and match untuk melayani industri, Pendidikan bidang pertanian dinggalkan karena dipandang kurang efisien dan menghamburkan tenaga. Petani harus menanggung biaya kesehatan yang semakin hari semakin mahal. Unsur pekerjaan, pekerjaan adalah komoditas dimana tenaga dan pikiran dihargai dengan uang, diupah sesuai UMR. Unsur modal usaha, modal usaha bukan tanggungjawab Negara tetapi swasta yang suka mencari untung agar “usaha efisien”. Unsur koperasi/pasar rakyat/kegiatan sosial budaya, koperasi banyak yang gagal akibat rendahnya dukungan pemerintah, sementara perseroan terbatas (PT) berkembang karena dapat menjadi sumber pajak. Unsur partisipasi dalam keputusan dan kebijakan, partisipasi hanya sahih kalau rakyat terdidik, tetapi dalam situasi petani dan nelayan tidak terdidik, demokrasi terpimpin dianggap paling tepat, oleh pemerintah/swasta.

Apabila kita menginginkan petani kita berdaulat maka semua pihak yang terlibat dalam sector pertanian, lebih-lebih pemerintah harus berani menghapuskan keadaan tersebut antara lain dengan melakukan reformasi agraria untuk memberi lahan yang cukup bagi para petani, pengembangan pertanian tradisonal (bajak kerbau) untuk memberi kesempatan lahan beristirahat, pemberian prioritas bagi petani untuk memanfaatkan sumber daya air, melindungan hak tangkap ikan bagi para nelayan, melindungi hutan sebagai water catchment, melakukan reboisasi, melindungi pohon langka dan mikro-organisme yang berguna, mengembangkan benih secara mandirib dari plasma nutfah, pemberian fasilitas bagi petani untuk pemuliaan benih, pengembangan pupuk kandang kompos sebagai pengganti pupuk kimia, dan pengembangan pestisida alami. Regenerasi petani dengan peneloran kebijakan pemerintah yang dapat menarik minat kaum muda untuk terjun dibidang pertanian dan kebijakan lain yang bersifat pro pangan rakyat, pro petani, pro alam dan sarana lainnya sebagai sumber kehidupan.

Senam Sehat HUT PSPK UGM

Dalam rangka memeriahkan perayaan HUT berdirinya Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada yang ke 38 yang jatuh pada hari Jum’at tanggal 1 April 2011, PSPK UGM mengadakan kegiatan senam sehat. Kegiatan ini selain diikuti oleh jajaran pimpinan dan staf PSPK UGM, juga diikuti oleh para tamu undangan, yaitu para pegawai dari beberapa instansi dan unit kerja di lingkungan UGM yang kantornya berada di seputar kantor PSPK UGM.

Kegiatan senam sehat tersebut dilaksanakan sejak pukul 07.00 dan bertempat di halaman kantor PSPK UGM. Sebelum dilaksanakan, acara didahului dengan kata sambutan dari pimpinan PSPK UGM yang disampaikan oleh Drs. Suharman, M.Si, wakil kepala PSPK UGM. Dalam sambutannya, pak Harman menyampaikan ucapan terima kasih kepada para tamu yang telah sudi memenuhi undangan untuk hadir dalam kegiatan senam sehat yang diselenggarakan oleh PSPK UGM. Disamping itu, pak Harman juga menyampaikan secara singkat sejarah berdirinya PSPK UGM dan memohon doa semoga lembaga yang pada saat ini telah berusia 38 tahun itu dapat semakin berkembang.

Kegiatan senam sehat yang dihadiri oleh sekitar 150 orang tersebut berlangsung dengan meriah. Pada akhir acara panitia membagikan doorprize bagi para hadirin. Sebelum meninggalkan arena para peserta menikmati hidangan yang telah disediakan oleh panitia, yaitu jajan pasar dan aneka macam makanan tradisional khas Yogyakarta.

UNDANGAN: Semiloka Nasional “Gerakan Memperjuangkan UU Desa”

Semiloka Nasional: “GERAKAN MEMPERJUANGKAN UNDANG-UNDANG DESA”

Waktu Pelaksanaan: Kamis, 23 Desember 2010

Tempat di Auditorium STPMD “APMD”, Kampus Timoho, Yogyakarta

Kerjasama STPMD “APMD” – PSPK UGM – IRE

Semiloka ini bertujuan mengoptimalkan gerakan untuk memperjuangkan Undang-undang Desa serta menggaungkan suara dan aspirasi desa untuk membantu lahirnya Undang-undang Desa yang peka dan peduli desa.

Narasumber:

  1. Prof.Dr. Susetiawan, Guru Besar Sosiologi Fisipol UGM, Staf Peneliti PSPK UGM.
  2. Budiman Sudjatmiko, Anggota DPR Komisi 2
  3. Sutoro Eko, Tim Pakar RUU Desa (Dosen APMD)
  4. Sudir Santoso, Ketua Umum Parade Nusantara
  5. 5. Arie Sujito, Direktur IRE

Seminar untuk umum dan gratis

Sekretariat Panitia: PSPK UGM

Kegiatan Penyegaran Peneliti Muda

Guna meningkatkan kapasistas para peneliti muda di lingkungan Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada, selama 2 hari yaitu hari Jum’at dan hari Senin, tanggal 10 dan 13 Desember 2010 PSPK UGM menyelenggarakan kegiatan penyegaran bagi para peneliti muda yang selama ini bergabung dengan lembaga tersebut.

Kegiatan penyegaran ini dilaksanakan dengan menghadirkan beberapa orang narasumber yang dipandang memiliki kompetensi dalam bidang penelitian dan pengembangan. Mereka yang menjadi narasumber kegiatan penyegaran tersebut antara lain Arie Sujito, M.Si (dosen FISIPOL UGM sekaligus direktur IRE Yogyakarta), Dr. Ir. Dyah Ismoyowati (dosen FTP UGM sekaligus kepala PSPK UGM), dan beberapa ahli, baik yang berasal dari internal PSPK maupun dari luar PSPK.

Kegiatan penyegaran bagi para peneliti muda PSPK UGM dipandang perlu sebagai salah satu upaya untuk melakukan transfer of knowledge dari para peneliti senior kepada para peneliti muda agar mereka memiliki kepekaan yang lebih tajam terhadap berbagai isu/persoalan yang dihadapi oleh masyarakat di daerah pedesaan dan berbagai persoalan yang muncul dalam upaya pengembangan kawasan yang selama ini menjadi perhatian utama PSPK UGM. Selain itu, dari kegiatan penyegaran ini diharapkan para peneliti muda memiliki kemampuan untuk merumuskan langkah yang tepat (solusi) bagi persoalan-persoalan tersebut.

Kegiatan penyegaran yang pada kesempatan ini dilaksanakan khusus bagi kalangan internal PSPK UGM, pada kesempatan yang akan datang akan dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat diikuti oleh pihak-pihak lain yang memiliki minat/kepedulian pada upaya pengembangan masyarakat pedesaan. Bila anda tertarik dengan kegiatan ini, silahkan kontak kami.*(dc)

Kepedulian PSPK UGM pada Korban Letusan Merapi

Letusan Gunung Merapi yang berada di perbatasan propinsi DIY dan Jawa Tengah yang berlangusng sejak tanggal 26 Okober telah menimbulkan korban yang tidak sedikit, baik korban harta benda maupun nyawa. Ribuan rumah tinggal dan fasilitas umum hancur, ribuan ekor binatang ternak dan ribuan hektar tanaman pertanian/perkebunan musnah, serta ratusan nyawa manusia melayang dan luka-luka akibat letusan merapi.

Jatuhnya korban akibat bencana Merapi telah mendorong banyak pihak, baik secara pribadi maupun kelembagaan untuk menyalurkan bantuan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Salah satu lembaga yang memiliki kepedulian pada para korban letusan Merapi adalah Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM. Dengan menjalin kerjasama dengan Komite Kemanusiaan Yogyakarta (sebuah lembaga kemanusiaan yang dibentuk dan beranggotakan sejumlah tokoh masyarakat, yang berasal dari berbagai pihak yaitu akademisi, budayawan, rohaniwan, pengusaha, dll), PSPK UGM telah menyalurkan sejumlah bantuan kepada para korban bencana Merapi.

Dengan melibatkan relawan yang berjumlah kurang lebih 30 orang pemuda dan mahasiswa, dalam masa tanggap darurat bencana Merapi yang berlangsung sejak pertama kali Gunung Merapi Meletus tanggal 26 Oktober 2010 hingga akhir November 2010, PSPK UGM dan KKY telah berhasil menghimpun bantuan dari berbagai kalangan masyarakat dan menyalurkannya kepada para korban Merapi. Sejumlah bantuan yang berhasil disalurkan oleh PSPK UGM dan KKY kepada para korban Merapi antara lain berupa makanan cepat saji, sembako (beras, minyak goreng, gula, dll), selimut dan pakaian pantas pakai, serta obat-obatan.

Guna menghindari terjadinya tumpang tindih dalam penyaluran bantuan kepada korban Merapi, sebelum melakukan kegiatan penyaluran bantuan para relawan terlebih dahulu melakukan pemetaan sosial, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang jenis bantuan yang dibutuhkan oleh para korban dan lokasi sarasan yang belum tersentuh bantuan dari pihak lain. Hasil kegiatan pemetaan sosial ini sangat berguna untuk memaksimalkan manfaat dari bantuan yang disalurkan oleh PSPK UGM dan KKY. Salah satu manfaat yang dapat diraih dari kegiatan pemetaan sosial yang dilakukan sebelum penyaluran bantuan adalah dapat ter-cover-nya komunitas korban Merapi yang semula luput dari perhatian para donatur. Salah satu komunitas tersebut adalah komunitas korban Merapi yang berada di tepian Kali Code.

Meski lokasi komunitas masyarakat Kali Code jauh dari puncak Merapi namun karena sungai yang membelah kota Yogyakarta itu berhulu di lereng Merapi maka dampak letusan Merapi juga dirasakan oleh komunitas tersebut. Namun bukan awan panas yang mengancam mereka melainkan banjir lahar dingin. Lahar dingin yang terbawa arus air di Kali Code telah menyebabkan sungai Code mengalami pendangkalan sehingga akhirnya pemukiman di sekitar kali tersebut terkena banjir.

Meskipun masa tanggap darurat akan segera berakhir namun kepedulian PSPK UGM dan KKY pada masayarakat koban bencana Merapi akan terus dilanjutkan. Pada masa rekonstroduksi PSPK UGM dan KKY telah membuat perencanaan untuk membantu pengadaan air bersih bagi warga masyarakat di sejumlah desa di lereng Merapi, baik yang berada di Propinsi DIY maupun Propinsi Jawa Tengah, dengan memberikan sejumlah alat penyaring air besih. Di samping itu, PSPK UGM dan KKY juga akan mendampingi warga masyarakat korban bencana Merapi agar dapat memulihkan atau menciptakan sumber penghidupan baru dengan harapan mereka segera dapat mandiri dan tidak berrgantung lagi pada pihak lain.

Apabila anda memiliki kepedulian pada para korban bencana Merapi dan ingin memberikan bantuan kepada mereka, namun anda tidak mengetahui cara untuk menyalurkannya, percayakan bantuan anda kepada kami maka kami akan menyalurkan bantuan tersebut kepada pihak/korban yang benar-benar membutuhkan. Kami tunggu partisipasi anda.

Syawalan Keluarga Besar PSPK UGM

Pada hari Selasa, tanggal 21 September 2010 keluarga besar PSPK UGM mengadakan kegiatan syawalan. Kegiatan yang dimulai pukul 10.00 WIB dihadiri oleh seluruh jajaran PSPK UGM, baik pimpinan, staff peneliti dan karyawan PSPK UGM. Hadir pula dalam acara itu para sesepuh PSPK UGM.

Dalam sambutannya, Dr. Ir. Dyah Ismoyowati selaku kepala PSPK mengajak seluruh hadirin untuk selalu mengucap syukur kepada Allah atas segala berkah yang telah dilimpahkan kepada seluruh jajaran PSPK sehingga bisa menghadiri acara yang sangat baik ini. Meskipun acara syawalan pada tahun ini diselenggarakan dalam suasana penuh kesederhanaan, namun mudah-mudahan hal itu tidak mengurangi kemuliaan yang terkandung dalam acara ini, yaitu kesempatan baik bagi kita semua untuk saling bermaaf-maafan, saling memohon dan memberi maaf atas segala kesalahan yang telah kita lakukan dalam 1 tahun terakhir. Pada kesempatan yang baik ini kami selaku pribadi dan juga mewakili seluruh pimpinan PSPK juga memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh jajaran PSPK. 

Sementara itu Ihsanuddin, M.Ag, pengajar dari pondok pesantren Al-Munawir, Krapyak, dalam tausiahnya mengajak seluruh hadirin untuk meningkatkan keimanan kepada Allah. Bulan Syawal merupakan bulan bagi seluruh umat Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Seorang muslim dikatakan berhasil meraih keberhasilan dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan apabila setelah bulan Ramadan berakhir ia dapat mempertahankan amalan yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan, bahkan mampu meningkatkan pada bulan-bulan berikutnya. Namun apabila setelah bulan Ramadan berakhir dan ia tidak mampu mempertahankan atau meningkatkan amalan yang telah dilakukan selama bulan Ramadan maka ia belum dapat dikatakan berhasil. 

Setelah penyampaian tausiah, acara syawalan dilanjutkan dengan kegiatan berjabat tangan antar peserta syawalan dan dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama seluruh hadirin. ***

Buka Bersama Keluarga PSPK UGM

Pada hari Kamis tanggal 2 September 2010 keluarga Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada mengadakan acara buka bersama. Acara yang dimulai pukul 16.30 WIB tersebut dihadiri oleh seluruh anggota keluarga PSPK UGM, baik dari jajaran pimpinan, staf peneliti maupun karyawan. Acara diawali dengan sambutan oleh wakil ketua PSPK UGM, Drs Suharman, M.Si. Di dalam sambutannya, beliau mengajak semua hadirin untuk melakukan refleksi atas perjalanan lembaga selama satu tahun terakhir. Meski pada saat ini lembaga berada dalam suasana yang kurang kondusif akibat berbagai faktor eksternal yang ada di luar kemampuan lembaga untuk menanggulanginya, misalnya aturan pemerintah yang melarang kalangan perguruan tinggi untuk mengikuti tender, namun pak Harman mengajak semua hadirin untuk selalu optimis bahwa di masa yang akan datang PSPK akan tetap mampu mengukir prestasi. “Pada saat ini kita mengadakan acara berbuka puasa bersama dalam suasana penuh kesederhanaan, namun itu tidak akan mengurangi rasa syukur kita pada Allah yang selalu memberi berkah pada kita semua. dan kita yakin bahwa Allah akan selalu melimpahkan rahmatnya kepada kita semua dan juga kepada lembaga yang kita cintai ini”, kata pak Harman.

Sementara dalam tausiahnya, Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum, peneliti senior PSPK UGM dan ketua PB NU, mengajak para hadirin untuk memperbarui kembali pemahaman kita tentang makna ketakwaan. Mendasarkan pada salah satu ayat Al Qur’an, Prof Maksum memberikan pemahaman baru bahwa tanda orang takwa kepada Allah bukanlah orang yang dahinya tebal dan hitam karena rajin sholat, namun tanda orang tagwa adalah orang yang mampu menghargai adanya keanekaragaman dalam kehidupan ini, termasuk dalam beragama. Islam menjunjung tinggi dan menghargai pluralisme, yaitu paham bahwa di dunia ini ada kelompok lain yang berbeda dengan kelompok kita, dan kita wajib menghargai kelompok tersebut. Selain itu, tanda lain dari orang yang bertagwa adalah orang yang beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Al Qur’an. “Ini juga mengajarkan kepada kita semua bahwa kita tidak boleh menghilangkan berbagai kebaikan yang ada di dalam kitab terdahulu dan menghormati orang yang mengikuti ajaran yang termuat dalam kitab terdahulu.” kata Prof Maksum.

Selesai penyampaian tausiah, acara ditutup dengan doa penutup dan dilanjutkan dengan makan bersama seluruh haridin. Dalam suasana yang penuh keakraban seluruh hadirin menikmati hidangan yang telah disiapkan seraya mensyukuri betapa besar nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada kita semua.

Kunjungan Keluarga Besar Prof. Wertheim ke PSPK UGM

Pada hari Kamis, tanggal 29 Juli 2010, PSPK UGM menerima kunjungan keluarga besar Prof. Wertheim dari negeri Belanda. Rombongan yang berjumlah 6 orang, terdiri dari putra-putri, cucu dan cicit Prof. Wertheim, dan di bawah koordinasi Ibu Anne-Ruth Wertheim (putri Prof. Wertheim) tiba di PSPK UGM sekitar pukul 10.00 WIB, disambut oleh Dr. Ir. Dyah Ismoyowati (kepala PSPK UGM).

Tujuan dari kunjungan rombongan keluarga besar Prof. Wertheim ke PSPK UGM adalah untuk melihat pengelolaan buku-buku koleksi Prof. Wertheim yang telah dihibahkan oleh keluarga ke PSPK UGM pada tahun 2002. Sedikit informasi, setelah Prof. Wertheim wafat pada tahun 1998, keluarga besar Prof Wertheim menghibahkan lebih dari 3.000 buah buku koleksi Prof. Wertheim ke PSPK UGM. Tindakan tersebut didasari oleh keinginan keluarga besar Prof. Wertheim agar buku-buku yang selama ini menjadi koleksi pribadi Prof. Wertheim dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Melalui koleksi buku Prof. Wertheim yang sekarang dikelola oleh perpustakaan PSPK UGM dan dikelompokkan dalam “Wertheim Collection” tersebut diharapkan para cendekiawan Indonesia (peneliti/mahasiswa) dapat menggali ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kemajuan Bangsa Indonesia.

Prof. Wertheim adalah ilmuwan berkebangsaan Belanda yang memiliki kecintaan secara khusus pada Indonesia. Selama hidupnya Prof. Wertheim mencurahkan perhatian, waktu, dan tenaganya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Wujud kecintaan Prof. Wertheim pada bangsa Indonesia antara lain terwujud dalam sikapnya selama masa penjajahan beliau memiliki sikap yang berbeda dengan sebagian besar warga negara Belanda. Pada masa itu sebagian besar warga Belanda menginginkan agar Indonesia tetap menjadi bagian (jajahan) dari negeri Belanda, namun Prof. Wertheim sangat mendukung upaya dari rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan, beliau mewujudkan kecintaannya pada Indonesia dengan menjadi guru besar tamu di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1956-1957. Setelah wafat, Prof. Wertheim mewujudkan kecintaannya pada Indonesia dengan menghibahkan semua koleksi bukunya bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia melalui PSPK UGM.

WERTHEIM COLLECTION yang pengelolaannya berada di bawah tanggung jawab perputakaan PSPK UGM pada saat ini memiliki koleksi buku lebih dari 3000 buah, yang terdiri dari 1980 buah buku berbahasa Belanda, 1094 buah buku berbahasa Inggris, dan 272 buah buku berbahasa Indonesia. Wertheim Collection terbuka bagi semua kalangan baik akademisi maupun masyarakat umum yang ingin mendapatkan data/bahan untuk penelitian maupun warga masyarakat umum yang sekedar ingin menambah pengetahuan. Pelayanan dilaksanakan dengan sistem 5 hari kerja, dari Senin hingga Jumat dan dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00. “Bagi akademisi dan masyarakat yang ingin memanfaatkan buku-buku koleksi Prof. Wertheim, dipersilahkan datang ke Wertheim Collection.’ demikian undangan Munazah Farindi selalu penanggung jawab perpustakaan PSPK UGM yang turut mendampingi kepala PSPK menyambut kedatangan keluarga besar Prof. Wertheim di PSPK UGM. *(dc)