Pos oleh :

PSPK UGM

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 13 (8 Juli 2020)

Peran desa dalam membangun Indonesia baru sangat penting. Sebagai penyelenggara pemerintahan paling dekat dengan masyarakat, desa selayaknya punya kewenangan untuk mengurus dirinya sendiri. Namun, pada praktiknya, kepentingan desa tak jarang bergesekan dengan kebijakan pemerintahan daerah, baik di tingkat kabupaten-kota maupun provinsi. Hal tersebut tentu membuat otonomi dan wewenang desa menjadi sempit dan sulit berkembang. Karena itu, meski telah diatur dalam undang-undang, kewenangan lokal kerap susah dijalankan.

Desa sering bergerak bukan berdasar inisiatif sendiri. Desa hanya dituntut patuh. Padahal desa adalah pemerintahan yang paling mengerti kebutuhan dan karakter warganya. Akibatnya, banyak desa yang dirugikan dan malah mengalami kemunduran. Dalam beberapa kasus, desa akhirnya gagal membendung arus industrialisasi yang tak jarang membuat kualitas lingkungan hidup dan lahan-lahan produktif warga desa menurun. Tak mengherankan jika ada reaksi perlawanan yang muncul dari desa. Khususnya pada desa yang memiliki karakter pemerintahan adat yang kuat.

Webinar Seri 13 akan mengajak kita berbincang banyak hal tentang persoalan tersebut. Salah satunya tentang bagaimana peraturan desa berhubungan dengan produk hukum atau peraturan tingkat kabupaten-kota. Sehingga peraturan desa bisa selaras dan tidak ada lagi gesekan kewenangan pemerintah desa dengan pemerintahan di atasnya, yang selama ini justru menghambat perkembangan desa.

Narasumber:
1. Bivitri Susanti (Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia)
2. Dr. Sutoro Eko (Ketua STPMD APMD)
3. Dr. Arie Sujito (Sosiologi UGM)
4. Rukka Sombolinggi (AMAN)
5. Hairus Salim (LKiS)
6. Taufick Max (Kepala Desa Kao, Halmahera Utara, Maluku Utara)

Moderator:
Hifdzil Alim (HICON)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 12 (7 Juli 2020)

Pandemi COVID-19 memberi perubahan pada banyak hal. Termasuk cara pandang dan cara kerja birokrasi dalam mengurus sektor publik. Pemanfaatan teknologi informasi (TI) pun dioptimalkan guna meminimalisir penularan virus. Namun, sebetulnya gejala reformasi birokrasi dengan memanfaatkan TI sudah menjadi tren sejak beberapa waktu lalu. TI dipercaya efektif membuat kerja organisasi birokrasi menjadi lebih efisien, praktis serta mudah diakses warga.

Namun, keberhasilan TI dalam reformasi birokrasi masih jadi tanda tanya. Selama pandemi, TI memang membantu birokrasi melakukan kerja jarak jauh, tapi apakah publik dapat menilai sejauh mana kinerjanya? Terutama, setelah menilik kontribusinya dalam peningkatan kualitas layanan publik. Adakah perubahan ke arah lebih baik, atau malah sebaliknya? Bagaimanapun, reformasi birokrasi harus kembali pada pengelolaan layanan warga negara, khususnya warga desa, yang lebih baik.

Webinar Sesi 12 akan mengajak kita ngobrol mendalam perkara tata birokrasi desa yang cocok untuk tatanan Indonesia baru. Hal ini penting sebab pemanfaatan TI diharap menjadi salah satu pilar demokratisasi yang mempermudah publik mengawasi kinerja birokrasi. Dengan begitu, birokrasi bisa menjadi lebih peka terhadap kepentingan warga, terutama warga desa. Jadi, pemanfaatan TI tak hanya berfungis pada efisiensi kerja birokrasi semata. Tapi juga jadi wadah yang menampung semangat transparansi serta tanggung jawab birokrasi sebagai pelayan publik.

Narasumber:
1. Drs. H. Jufri Rahman, M.Si. (Plt. Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan Kemenpan RB)*
2. Masri Amin (Aceh Tenggara)
3. Dr. Eko Prasetyanto Purnomo Putro (Direktur Evaluasi Perkembangan Desa Kemendagri)
4. Mathius Awoitauw (Bupati Jayapura)
5. Wahyudi Anggoro Hadi (Kepala Desa Panggungharjo)

Moderator:
Dewi Arilaha (INI Nitisara, Jakarta)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 11 (7 Juli 2020)

Tata ruang desa menarik untuk dibahas. Karena merupakan bagian penting dari proses perencanaan pembangunan desa. Selain itu, pengaturan tata ruang desa menjadi bagian penting untuk menyusun “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa”. Rencana tata ruang yang buruk tak jarang menyebabkan konflik kepentingan yang merugikan salah satu pihak. Desa dan masyarakatnya sering menjadi pihak yang menanggung langsung beban kerusakan lingkungan, hingga kerawanan pangan akibat tata ruang desa yang buruk.

Sebagai pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat, desa selayaknya menjadi titik awal untuk membangun Indonesia. Apa yang terjadi di desa akan berpengaruh langsung pada masyarakat. Desa tahu kondisi asli warganya. Sehingga, inisiasi dari desa untuk rencana penataan ruang desa sangatlah penting. Desa tahu apa yang dibutuhkan warga, desa paham apa yang diinginkan warga.

Webinar Seri 11 akan mengajak berembug tentang masalah-masalah tata ruang desa dan infrastruktur lingkungan pemukiman. Upaya membentuk peraturan desa tentang tata ruang ini akan menjadi ikhtiar langsung dari desa untuk pembangunan desa yang lebih baik dan adil. Tata ruang  haruslah menjadi jalan penyejahteraan warga desa.  Dan hal ini akan membawa kita kembali pada kata, “Dari Desa, Untuk Desa.” Narasumber:
1. Dr. Sunaryo (Staf Gubernur Jateng)
2. Velix Vernando Wanggai (Bappenas)
3. Wijang Wijanarko
4. Yoshi Fajar Kresno Murti (Arsitek Ugahari)
5. Bobby Tumpal P. Lubis (Yogyakarta)

Moderator:
Dr. Mahditia (HRC)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 10 (6 Juli 2020)

Desa menjadi tempat yang unik dalam memahami kebudayaan. Setiap desa punya aturan yang memengaruhi kebudayaan dan tata laku antar manusia maupun manusia dengan alam. Warga desa yang masih menjaga hubungan dengan alam mengaitkan COVID-19 dengan hukuman. Sopo nandur bakal ngunduh, siapa yang menanam akan menuai. Karena manusia dianggap tidak berbuat baik kepada alam, sehingga alam membalasnya dengan penyakit.

Selain itu, budaya warga desa terkait hubungan antar manusia yang tidak bisa dilepaskan adalah tradisi kumpul-kumpul. Banyak istilah untuk menyebutnya, cangkruk , kongkow, kenduren, dan sebagainya. Kebudayaan khas desa tersebut kini dihadapkan dengan resiko penularan COVID-19. Karena itu, adanya COVID-19 memberi peluang bagi kita untuk merefleksikan budaya desa yang berpengaruh pada tata laku baru masyarakatnya.

Webinar Seri 10 akan membahas tentang bagaimana COVID-19 memengaruhi budaya desa. Mulai bagaimana strategi kebudayaan yang tepat untuk beradaptasi dengan COVID-19, hingga apa program strategis pemerintah desa selama COVID-19. Karena kini, dalam keseharian telah banyak yang berubah. Bahkan sekedar jabat tangan sebagai simbol keakraban pun kini tidak bisa lagi dilakukan.

Narasumber:
1. Dr. Anwar Sanusi, Ph.D (Sekjen Kemendesa)
2. Prof. Rachmi Diyah Larasati (University of Minnesota, Minneapolis)
3. Iman Budhi Santoso (Budayawan)
4. Nirwan A. Arsuka (Pemerhati Budaya)
5. Irfan Afifi (Langgar.co)
Moderator:
Lukman Solihin (Peneliti LITBANG Kemendikbud)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

 

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 9 (6 Juli 2020)

Beberapa kasus kerumunan di rumah ibadah ikut berperan meluaskan COVID-19. Melihat potensi resiko tersebut, berbagai negara mengeluarkan kebijakan menutup sementara rumah ibadah. Sedang di sisi lain, agama justru menjadi solusi bagi upaya membantu sesama di tengah pandemi. Banyak pemuka agama yang menghimbau masyarakat untuk lebih menjaga kesehatan. Tidak jarang pula kita melihat inisiatif warga untuk menggalang dana atas nama kepedulian sesama umat.

Fenomena tersebut, menjadi pemantik untuk berpikir ulang tentang penyesuaian pembatasan peribadatan di rumah ibadah. Seperti bagaimana menjalankan ibadah, tapi tetap aman secara kesehatan. Sehingga tidak melanggar hak berkeyakinan. Lalu bagaimana  peran pemuka agama dalam pendidikan umat, hingga bagaimana arah kebijakan pengembangan kehidupan beragama di desa. Semua itu mengerucut pada bahasan tentang peran agama dalam mengawal tatanan nilai Indonesia baru saat dan pasca COVID-19.

Webinar Seri 9 akan merespon pentingnya bahasan tersebut. Sehingga kita menjadi punya gambaran tentang penguatan kehidupan beragama di desa yang melibatkan pemerintahan desa, komunitas desa, dan  para pemuka agama. Karena agama dan kepercayaan merupakan rahmat bagi seluruh alam.

Narasumber:
1. Gus Hilmy Muhammad (DPD RI)
2. Engkus Ruswana (MLKI/Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan YME Indonesia)
3. Kiai M. Mustafid (UNU Yogyakarta)
4. Hilman Latief (UMY)
5. Ibu Nyai Hj. Masriyah Amva (Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy, Cirebon)
6. Sabrang Damar Panuluh (Maiyah)

Moderator:
Kyai Jadul Maula (Sanggar Kaliopak)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

 

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 8 (4 Juli 2020)

“Beri aku 10 pemuda, maka akan kuguncang dunia.” Itu quotes Soekarno tentang pemuda yang diingat banyak orang, saking dahsyatnya potensi yang dimiliki orang-orang muda. Meski tetap ada syarat: tergantung pada kualitas pemudanya, apakah mereka didukung dengan baik untuk berkembang dalam segala sisi seperti pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, sosial, politik, dll. Jika tidak ya bakal jadi beban.

Bisa dibilang membangun pemuda sama dengan membangun masa depan. Sebab sejarah negeri ini sudah membuktikan betapa besar peran para makhluk berdarah muda ini. Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, Penyusunan UUD 1945, semuanya ada tapak jejak pemuda.

Nah, kita boleh senang karena jumlah pemuda di Indonesia cukup besar. Bagaimana kita membangun dan menumbuhkan potensi kelompok ini, terutama dari tingkat desa agar bisa mengambil peran positif dalam kemajuan bangsa? Sebab kita yakin, desa adalah masa depan Indonesia dan bahkan dunia. Olah tubuh, olah pikir, olah rasa, harus diolah dengan baik agar tak ada lagi istilah pemuda-desa-tak-kerja.
Mari kita bincangkan di Webinar Seri 8  yang tentang peran pemuda dalam pembangunan desa. Tak hanya menyoal organisasi karang taruna, tapi kita akan kupas dari sisi pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, hingga soal pernikahan dini.

Narasumber:
1. Yaqut Cholil Choumas (Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Ansor)
2. Sunanto (Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah)
3. Greg Sindana (ketjilbergerak)
4. Gede Robi (Navicula)
5. Iqbal Aji Daryono (Penulis)

Moderator:
Benydictus Siumlala (Dikyanmas KPK)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

 

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 7 (4 Juli 2020)

Dampak pandemi COVID-19 bergulir sampai menyentuh hal dasar, yakni ancaman krisis pangan. FAO sebagai organisasi pangan dunia mengingatkan bahwa ancaman ini bisa terjadi dalam skala global. Di Indonesia, cadangan pangan nasional dirancang aman hingga empat bulan ke depan pada situasi normal. Maka hingga kini belum terasa dampak krisis pangan karena stok cadangan pangan masih cukup. Padahal kita perlu ingat tentang rantai yang berpengaruh pada keamanan pangan, yakni produksi, distribusi, dan konsumsi.

Selama pandemi jelas membuat laju ekonomi melambat. Daya beli masyarakat menurun karena banyak perusahaan terpaksa memotong gaji karyawan bahkan PHK. Belum lagi para pekerja yang bergantung pada pendapatan harian, banyak yang mulai mengandalkan bantuan dari pemerintah maupun solidaritas warga. Dari sisi produksi, kita cermati para petani dan peternak merugi karena ada penurunan harga jual. Sesuai hukum pasar, mereka panen besar tapi pas permintaan dari konsumen menurun, jati pasti rugi. Akhirnya ada petani dan peternak yang memilih berhenti produksi.

Webinar Seri 7 mengajak kita untuk berpikir bersama tentang kedaulatan pangan dan lingkungan hidup yang berkualitas. Apa yang bisa kita lakukan agar hal tersebut bukan hanya mimpi, apalagi di masa pandemi begini. Selama ini, kalau kita bicara fakta di bidang pertanian, sebagian besar petani adalah petani gurem dan buruh tani. Dan yang membuat miris adalah makin banyak lahan pertanian beralih fungsi jadi perumahan, kualitas lingkungan kian buruk, dan kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada kesejahteraan petani.

Narasumber:
1.  Ahmad Nashih Luthfi (Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional)
2. Prof. Damayanti Buchori (Direktur CTSS IPB)
3.  Nissa Wargadipura (Pesantren Ekologis At-Thariq Garut)
4. Singgih S. Kartono (SPEDAGI)
5. Maria Loretha (Penggagas Pertanian Sorgum, Adonara Flores Timur)

Moderator:
Rumekso Setyadi (Sanggar Inovasi Desa)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

 

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 6 (3 Juli 2020)

Pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan kehidupan di seluruh dunia. Semua aspek, dari bisnis raksasa hingga unit terkecil yakni keluarga, gagap dalam beradaptasi dengan situasi baru ini. Perempuan dan anak mengalami tantangan yang serupa. Menurut data WHO, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di berbagai belahan dunia meningkat. Angka kehamilan di masa pandemi dikhawatirkan melonjak karena terjadi penurunan penggunaan alat kontrasepsi.
Ibu hamil dan anak di masa pandemi punya resiko tinggi, karena mereka perlu pemeriksaan kehamilan dan imunisasi yang mewajibkan mereka berinteraksi dengan petugas medis. Beban ganda juga dialami para ibu. Ibu bekerja, selain harus tetap bekerja, juga mesti mengurus anak-anak yang sekolah dari rumah. Selain itu, beberapa ibu rumah tangga juga terdampak secara ekonomi ketika suaminya kena PHK, padahal dapur harus tetap ngebul. Kondisi “terjebak” di rumah selama berbulan-bulan ini secara psikis relatif berat.

Webinar Seri 6 ini membahas peran perempuan selama masa pandemi dan sesudahnya. Kita bisa bicara tentang kiat mengurangi resiko kekerasan terhadap perempuan dan anak. Lalu tentang sistem yang oke supaya ibu hamil dan balita tetap sehat, baik fisik maupun mental, selama pandemi dan sesudahnya. Satu hal yang tak kalah penting adalah mengenai strategi perempuan menangani krisis finansial dalam keluarganya di masa rumit ini.

Narasumber:
1. Dr. Risa Permanadeli (Pusat Kajian Representasi Sosial Indonesia)
2. Mira Diarsi (Staf Ahli Gubernur Jateng)
3. Hasan Aoni (Omah Dongeng Marwah Kudus)
4. Ema Husein (SPAK Sulawesi Selatan)
5. Wahid Hasyim (Yayasan Wangsakerta Cirebon)

Moderator:
Tata Gandi (Reksa Dyah Utami)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

 

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 5 (3 Juli 2020)

Setiap orang butuh aman dan tenteram dalam menjalani hidup. Karena mereka akan tenang dalam bekerja, dan tidak khawatir ada gangguan dari pihak lain. Kalau semua warga merasai ini, maka kehidupan harmonis akan tercipta. Dan dalam harmoni, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bukan hal yang sulit diwujudkan.

Bayangkan jika sebaliknya yang terjadi. Banyak kerusuhan, perkelahian, klithih, terorisme, dan sebagainya. Bahkan di awal masa pandemi COVID-19, mendadak kasus pencurian merebak. Meresahkan, karena menciptakan rasa tidak aman. Karena itu dalam kondisi demikian, warga butuh negara hadir. Dan kehadiran negara yang paling dekat dengan warga adalah pemerintah desa. Kehadirannya sebagai pengayom, akan memberikan jaminan rasa aman.
Webinar Seri 5 mencoba menjelajahi ide-ide terkait isu pemenuhan rasa aman dan nyaman bagi warga desa. Baik untuk bekerja menghidupi keluarga, maupun untuk menjalankan aktivitas sehari-hari di masa tatanan Indonesia baru. Kita bisa berbagi tentang masalah keamanan apa saja yang dihadapi warga secara nyata. Mulai bagaimana menghadirkan rasa aman di tengah masyarakat, hingga program penguatan keamanan dan ketertiban dalam situasi yang menuntut adanya kebiasan baru di tengah masyarakat.

Narasumber:
1. Jaleswari Pramodhawardani (KSP)
2. Lian Gogali (Institut Mosintuwu, Poso)
3. Era Purnama Sari (YLBHI)
4. M. Najib Azca, Ph.D (Sosiologi UGM)
5. Nus Ukru * (Jaringan Baileo Maluku)

Moderator:
Kardono Setyo Rahmadi (Jawa Pos)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

 

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 4 (2 Juli 2020)

Saat kasus COVID-19 mulai menyebar; rumah sakit, alat pelindung diri, obat-obatan, ventilator hingga ketersediaan tenaga kesehatan tidak mampu melayani seluruh pasien. Rapuhnya sistem nampaknya bisa menjadi momentum untuk mendefinisikan kembali makna “sehat” di era kenormalan baru. Selama ini, sehat hanya dimaknai dalam pengertian fisik, sehingga mereduksi pentingnya kesehatan pikiran dan jiwa.
Padahal, olah gerak fisik yang berpadu dengan olah pikiran akan bermuara pada keselarasan serta pencapaian spirit yang luhur. Dengan melatih badan (body), kita akan mengenal struktur dan cara kerja organ-organ tubuh. Sementara dengan melatih pikiran (mind), manusia disadarkan tentang bagaimana otak mengkoordinasikan gerak tubuh. Melatih ketiganya akan menciptakan keseimbangan antara diri dengan alam tempat kita hidup. Sehingga kita terdorong untuk hidup harmonis dengan keluarga, saudara, dan masyarakat.
Webinar Seri 4 akan membicarakan tentang gagasan kesehatan semesta. Tidak hanya mendefinisikan kembali makna sehat, namun juga bagaimana kita menata kembali manajemen kesehatan. Termasuk pendataan kesehatan warga yang valid, hingga pemahaman resiko penyakit dan penanggulangannya. Tapi ini bukan hanya tentang data dan teknologi. Perlu kemauan politik untuk menghargai setiap nyawa warga negara. Pemerintah desa sebagai representasi negara perlu membangun sistem kesehatan berbasis komunitas. Dan itu butuh sistem penyangga yang kuat, agar kita dapat mencapai kesehatan semesta.

Narasumber:
1. Dumillah Ayuningtyas (FKM UI)
2. Hairus Salim (LKiS)
3. IB Yoga Atmaja (PGB Bangau Putih Yogyakarta)
4. DR. dr Budi Laksono, MHSc (Penggagas Jambanisasi)
5. Iskandar Waworuntu (Bumi Langit Permaculture)

Moderator:
Dr. Ika Puspitasari (Farmasi UGM)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut : Instagram/Twitter @kongresdesa Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa Website: https://kongreskebudayaandesa.id/