Ki Hajar Dewantara pernah menulis, “Mangaju-aju salira, mangaju-aju bangsa, mangaju-aju manungsa”, yang artinya membahagiakan diri, membahagiakan bangsa, dan membahagiakan kemanusiaan. Sebuah pesan yang menggambarkan pemerintah bekerja keras bersama rakyat, dengan mengutamakan keselamatan, kemakmuran, dan kemerdekaan jiwa raga. Karena para pendiri bangsa yang mengidamkan negara ini dibangun dengan semangat kebersamaan, gotong royong, dan kesetaraan.
Namun cita-cita tersebut tak gampang diwujudkan. Sejarah membuktikan bahwa pilihan negara demokratis sering mendapat benturan. Meski negara masih selamat melewati setiap transisi politik dan demokrasi, namun ada darah dan peluh rakyat di sana. Karena itu saat pandemi COVID-19 sekarang ini, sempat muncul prasangka bahwa kebijakan pemerintah relatif kurang mempertimbangkan keselamatan warganya. Ini karena di beberapa bidang, terutama kesehatan dan ekonomi, tangan birokrasi seolah lumpuh, sehingga warga mencari selamat sendiri-sendiri.
Webinar Seri 17 mengajak untuk mengkaji ulang relasi antara negara dan warganya. Karena justru pandemi ini menunjukkan bahwa puncak relasi sosial adalah gotong royong, puncak relasi ekonomi adalah kerjasama, dan puncak relasi politik adalah musyawarah. Dan semua itu terbukti bermuara pada pentingnya kolaborasi. Belajar dari kondisi ini, semoga ke depan lahir tatanan masyarakat baru yang partisipatif dan menawarkan program-program strategis kepada pemerintah desa dan warganya untuk menjalani kenormalan baru.
Narasumber:
1. Dr. Aris Arif Mundayat (Antropolog UNS)
2. Prof. Dr. Bambang Purwanto, MA (Sejarah UGM)
3. Dr. Eko Meinarno (Psikologi UI)
4. Dr. Robertus Robert (Sosiologi UNJ)
5. Dewi Candraningrum (Jejer Wadon)
Moderator: Dr. Lukman Hakim (Fisipol UGM)
Registrasi peserta: s.id/webinarkkd
Info Lebih Lanjut : Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB: Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/
matab