Arsip:

Event

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 5 (3 Juli 2020)

Setiap orang butuh aman dan tenteram dalam menjalani hidup. Karena mereka akan tenang dalam bekerja, dan tidak khawatir ada gangguan dari pihak lain. Kalau semua warga merasai ini, maka kehidupan harmonis akan tercipta. Dan dalam harmoni, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan bukan hal yang sulit diwujudkan.

Bayangkan jika sebaliknya yang terjadi. Banyak kerusuhan, perkelahian, klithih, terorisme, dan sebagainya. Bahkan di awal masa pandemi COVID-19, mendadak kasus pencurian merebak. Meresahkan, karena menciptakan rasa tidak aman. Karena itu dalam kondisi demikian, warga butuh negara hadir. Dan kehadiran negara yang paling dekat dengan warga adalah pemerintah desa. Kehadirannya sebagai pengayom, akan memberikan jaminan rasa aman.
Webinar Seri 5 mencoba menjelajahi ide-ide terkait isu pemenuhan rasa aman dan nyaman bagi warga desa. Baik untuk bekerja menghidupi keluarga, maupun untuk menjalankan aktivitas sehari-hari di masa tatanan Indonesia baru. Kita bisa berbagi tentang masalah keamanan apa saja yang dihadapi warga secara nyata. Mulai bagaimana menghadirkan rasa aman di tengah masyarakat, hingga program penguatan keamanan dan ketertiban dalam situasi yang menuntut adanya kebiasan baru di tengah masyarakat.

Narasumber:
1. Jaleswari Pramodhawardani (KSP)
2. Lian Gogali (Institut Mosintuwu, Poso)
3. Era Purnama Sari (YLBHI)
4. M. Najib Azca, Ph.D (Sosiologi UGM)
5. Nus Ukru * (Jaringan Baileo Maluku)

Moderator:
Kardono Setyo Rahmadi (Jawa Pos)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

 

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 4 (2 Juli 2020)

Saat kasus COVID-19 mulai menyebar; rumah sakit, alat pelindung diri, obat-obatan, ventilator hingga ketersediaan tenaga kesehatan tidak mampu melayani seluruh pasien. Rapuhnya sistem nampaknya bisa menjadi momentum untuk mendefinisikan kembali makna “sehat” di era kenormalan baru. Selama ini, sehat hanya dimaknai dalam pengertian fisik, sehingga mereduksi pentingnya kesehatan pikiran dan jiwa.
Padahal, olah gerak fisik yang berpadu dengan olah pikiran akan bermuara pada keselarasan serta pencapaian spirit yang luhur. Dengan melatih badan (body), kita akan mengenal struktur dan cara kerja organ-organ tubuh. Sementara dengan melatih pikiran (mind), manusia disadarkan tentang bagaimana otak mengkoordinasikan gerak tubuh. Melatih ketiganya akan menciptakan keseimbangan antara diri dengan alam tempat kita hidup. Sehingga kita terdorong untuk hidup harmonis dengan keluarga, saudara, dan masyarakat.
Webinar Seri 4 akan membicarakan tentang gagasan kesehatan semesta. Tidak hanya mendefinisikan kembali makna sehat, namun juga bagaimana kita menata kembali manajemen kesehatan. Termasuk pendataan kesehatan warga yang valid, hingga pemahaman resiko penyakit dan penanggulangannya. Tapi ini bukan hanya tentang data dan teknologi. Perlu kemauan politik untuk menghargai setiap nyawa warga negara. Pemerintah desa sebagai representasi negara perlu membangun sistem kesehatan berbasis komunitas. Dan itu butuh sistem penyangga yang kuat, agar kita dapat mencapai kesehatan semesta.

Narasumber:
1. Dumillah Ayuningtyas (FKM UI)
2. Hairus Salim (LKiS)
3. IB Yoga Atmaja (PGB Bangau Putih Yogyakarta)
4. DR. dr Budi Laksono, MHSc (Penggagas Jambanisasi)
5. Iskandar Waworuntu (Bumi Langit Permaculture)

Moderator:
Dr. Ika Puspitasari (Farmasi UGM)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut : Instagram/Twitter @kongresdesa Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 3 (2 Juli 2020)

Sekolah yang harusnya jadi tempat belajar, bermain, dan mengembangkan diri, belum memberi kesempatan tersebut. Secara umum, bahkan sekolah formal kerap dipandang belum mampu  membentuk karakter seperti hormat kepada yang lebih tua, berpikir terbuka, hingga sikap bertanggungjawab. Sistem pendidikan di Indonesia hingga kini belum serius berusaha menyelesaikan masalah di bidang pendidikan. Salah satunya karena sistem pendidikan berubah mengikuti pergantian pejabat, sehingga tidak terencana secara jangka panjang.

Meski demikian, di berbagai daerah muncul kelompok yang berusaha membangun model pendidikan yang memanusiakan. Ada Sanggar Anak Alam (Salam) Yogyakarta dan Sekolah Payo-payo Makassar yang mencoba memperlakukan anak didik menjadi manusia yang memiliki sikap hidup, berbudi luhur, hingga menguasai keterampilan hidup. Sejak pandemi COVID-19 memaksa anak-anak belajar di rumah, orangtua kembali menjadi guru. Hal tersebut memaksa kita berpikir kembali, seperti apakah pendidikan yang membebaskan itu?

Webinar Seri 3 mencoba mengulik pemasalahan pendidikan dan menawarkan pendidikan alternatif. Mulai dari bagaimana cara memulai pendidikan yang membabaskan dari tataran desa. Hingga apa saja syarat yang dibutuhkan untuk membangun pendidikan yang mendukung nilai-nilai luhur, seperti kejujuran dan budaya anti korupsi. Karena, pendidikan butuh peran aktif orangtua dan masyarakat. Mereka tidak bisa sekadar menitipkan anaknya di sekolah lalu lepas tangan.

Narasumber:
1. Dr. Samto (Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Kemendikbud)
2. Toto Raharjo (SALAM Yogyakarta)
3. Fadilla M. Apristawijaya, M.A (Sokola Rimba)
4. Ahmad Bahruddin (Anggota BAN DIKMAS)
5. Nurhady Sirimorok (Sekolah Payo-payo Makassar)

Moderator:
AB Widyanta, MA (Sosiologi Fisipol UGM)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter  @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 2 (1 Juli 2020)

Hancurnya sektor industri akibat pendemi COVID-19 menyebabkan pekerja di kota pulang ke desa.  Lalu pemerintah menyikapinya dengan gelontoran berbagai bantuan sosial untuk mengurangi dampak ekonomi. Termasuk di antaranya mengalokasikan sebagian Dana Desa untuk Bantuan Langsung Tunai yang diutamakan untuk kebutuhan pangan.  Krisis ini menjadi momentum untuk memikirkan kembali sejauh mana sistem ekonomi yang berlaku sebelum pandemi, mengedepankan desa sebagai kekuatan ekonomi yang lebih adil dan memiliki nilai luhur.

Sekaligus kondisi ini menjadi peluang bagi desa untuk melahirkan gagasan dan inovasi dalam mewujudkan tatanan ekonomi baru yang lebih adil. Salah satu contohnya berupa gotong royong yang dilakukan oleh Desa Panggungharjo, Ngestiharjo, Guwosari, Wirokeren, dan Sriharjo di Bantul. Kelimanya mengembangkan platform belanja online Pasardesa.id sebagai upaya untuk menjaga perputaran uang di desa. Sehingga melindungi akses pangan yang menyatu dengan upaya menggerakkan aktivitas ekonomi warga.

Webinar Seri 2 akan membahas  tentang peluang apa saja yang hadir di masa krisis. Termasuk bagaimana menghadirkan sistem ekonomi desa yang mampu bertahan menghadapi krisis. Juga cara memperkuat sistem perekonomian desa dan hubungannya dengan kota. Hingga upaya menyerap tenaga kerja saat memutar perekonomian desa.

Narasumber:
1. Prof. Erani Yustika (FEB UB)
2. Dr. Rimawan Pradiptyo, Ph.D (FEB UGM)
3. Rudy Suryanto. SE, M. ACC., AK., CA (Founder Bumdes.id)
4. Dr. Francis Wahono (MM, Fakultas Ekonomi UST)
5. Dewi Hutabarat (Direktur Eksekutif Sinergi Indonesia, Koperasi KOBETA)

Moderator:
Chandra Firmantoko (ASEC)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter  @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

Webinar Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Seri 1 (1 Juli 2020)

Pandemi yang melanda dunia menyadarkan orang bahwa industri kesehatan gagal melindungi masyarakat. Wabah juga memaksa kita mengubah relasi yang selama ini dianggap normal. Manusia kemudian membatasi sentuhan fisik yang biasa dilakukan. Seperti jabat tangan, berpelukan atau aktivitas fisik lain. Dibalik ancaman yang muncul, COVID-19 membuat kita mempertanyakan tatanan dan kebiasaan yang selama ini terjadi. Termasuk kebutuhan dasar yang seharusnya dijamin oleh pemerintah, tetapi justru diatur oleh swasta dan kekuatan modal.

COVID-19 mengubah semua tatanan tersebut tanpa teriakan revolusi. Berbagai aksi gotong-royong di beragam wilayah memantik pertanyaan, apakah kerjasama adalah puncak dari relasi ekonomi? Apakah puncak relasi politik adalah musyawarah? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang ingin diuji dan dibuktikan dalam agenda Kongres Kebudayaan Desa (KKD). Hal tersebut membutuhkan kesetaraan yang mengurangi kesenjangan sosial. Pandemi memunculkan kesempatan untuk membangun tatanan yang lebih bermartabat, berkeadilan dan berkesetaraan.

Webinar Seri 1 ini untuk mengumpulkan dan menawarkan ide tatanan baru Indonesia dari desa. Desa sebagai satuan pemerintahan terkecil di Republik Indonesia, perlu menjadi titik awal untuk merumuskan tata nilai dan tata kehidupan baru dalam bernegara dan bermasyarakat. Sekaligus memberikan gagasan tentang kebijakan dan budaya anti korupsi pada pemerintah serta masyarakat desa.

Narasumber:
1. Laode M. Syarif, S.H, LLM, Ph.D (Direktur Eksekutif Kemitraan/Partnership Governance Reform in Indonesia)
2. Budie Arie Setiadi (Wakil Menteri Desa PDTT)
3. Prof. Dr. Melani Budianta MA. Ph.D (Guru Besar FIB UI)
4. Garin Nugroho (Budayawan)
5. Dr. Muhammad Faisal (Founder Youth Laboratory Indonesia)
6. Wahyudi Anggoro Hadi S.Farm. Apt. (Lurah Desa Panggungharjo)

Moderator:
FX Rudy Gunawan (Staf KSP 2014-2019)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd
Info Lebih Lanjut :
Instagram/Twitter @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

Kongres Kebudayaan Desa 2020 #Pembukaan (1 Juli 2020)

Pembukaan Kongres Kebudayaan Desa 2020

Rabu, 1 Juli 2020
pukul 09.00 WIB – 10.00 WIB .

Acara:
Sambutan .
– Sri Sultan HB X (Gubernur DIY)
– Wahyudi Anggoro Hadi, S.Farm, Apt (Lurah Panggungharjo)

Keynote Speech: .
– Drs. H. Abdul Halim Iskandar, M.Pd (Menteri Desa)
– Drs. Firli Bahuri, M.Si (Ketua KPK)

Pidato Kebudayaan: .
– Dr. Hilman Farid (Dirjen Kebudayaan)

Registrasi peserta: s.id/webinarkkd

Info Lebih Lanjut :

Instagram/Twitter @kongresdesa

Fans Page FB: Kongres Kebudayaan Desa

Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

 

Kongres Kebudayaan Desa 2020

Covid-19 mendekonstruksi semua tatanan tanpa teriakan revolusi. Di sisi yang lain, Covid-19 juga membuktikan bahwa puncak dari relasi sosial adalah kekeluargaan, puncak dari relasi ekonomi adalah kerjasama, serta puncak dari relasi politik adalah musyawarah. Kekeluargaan, kerjasama serta musyawarah adalah makna operatif dari Gotong Royong, nilai yang lahir dari alam pikiran Nusantara dan menjadi bagian dari kebudayaan desa.

Di saat semua tatanan tumbang, kebudayaan dengan tangguh menjadi penopang kehidupan. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah seberapa mungkin kebudayaan desa yang telah terbukti menjadi penopang kehidupan ini dapat dijadikan sebagai tatanan hidup berdesa, berbangsa dan bernegara. Upaya untuk merumuskan kebudayaan desa sebagai gagasan alternatif Tatanan Indonesia Baru pasca pandemi inilah tujuan dari Kongres Kebudayaan Desa diselenggarakan.

Kongres Kebudayaan Desa mempertemukan gagasan warga desa melalui kegiatan riset guna mengetahui kondisi sebelum dan semasa pandemi, sekaligus berupaya menangkap imajinasi warga desa terkait dengan tatanan hidup ke depan. Kongres Kebudayaan Desa membuka kesempatan para akademisi dan pemerhati desa guna urun gagasan melalui tulisan dalam kegiatan Call for Papers. Serial Webinar mencoba menerjemahkan Kebudayaan Desa dalam 17 tema diskusi dengan melibatkan 85 narasumber dari berbagai kelompok kepentingan. Perspektif masyarakat adat akan digali melalui Festival Kebudayaan Desa Nusantara, yang mencoba menangkap imajinasi Indonesia Baru dari perspektif 19 sub kebudayaan Nusantara. Keseluruhan proses akan didokumentasikan dalam 19 buku, dan gagasan yang menjadi kesimpulan dari rangkaian kongres ini akan dikonstruksikan sebagai visi bersama, dan akan dideklarasikan sebagai Tatanan Indonesia Baru dari Desa. . .


Jadwal Kongres Kebudayaan Desa 2020

Riset : Juni-Agustus 2020
Call for Papers : Juni-Juli 2020
Serial Webinar : 1-10 Juli 2020
Festival kebudayaan Desa : 13-16 Juli 2020
Deklarasi : 15 Agustus 2020

Info Lebih Lanjut :
Follow and Subscribe
Instagram/Twitter  @kongresdesa
Fans Page FB Kongres Kebudayaan Desa
Website: https://kongreskebudayaandesa.id/

Webinar: Rural Corner – 18 Juni 2020

Pandemi covid-19  telah menghantam perekonomian Indonesia, termasuk diantaranya ekonomi desa. Pandemi ini berpengaruh pada perekonomian dan perubahan sosial di desa. Hilangnya peluang dan kesempatan kerja di berbagai sektor informal, terhentinya kegiatan pariwisata desa, berkurangnya demand untuk berbagai produk pertanian dan UMKM, terganggunya distribusi komoditas barang, berkurangnya supply bahan baku, terlambatnya pemenuhan pupuk dan alat pertanian, berkurangnya berbagai aktivitas sosial, sangat berpengaruh terhadap penurunan ekonomi warga desa. Ancaman kerentanan pangan rumah tangga, meningkatnya pengangguran usia produktif, dan penurunan daya beli masyarakat desa menjadi dampak lanjutan dari pandemi ini.

Pada titik inilah sebenarnya, keberadaan BUMDes sebagai salah satu bentuk institusi pengembangan ekonomi lokal (PEL) mendapatkan momentum untuk berperan dalam mengatasi dampak pandemi bagi masyarakat desa. BUMDes diharapkan mampu bertahan di tengah ancaman ekonomi, mampu mengubah ancaman ekonomi menjadi sebuah kesempatan ekonomi, bahkan mampu menjadi wirausaha sosial yang membantu pemenuhan kebutuhan ekonomi warga desa dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Tentunya diperlukan sikap proaktif pemerintah desa dan pengurus BUMDes dalam melakukan akselerasi mobilisasi dan membangun partisipasi aktor-aktor lokal dalam memanfaatkan berbagai sumberdaya lokal desa.

Acara ini akan berlangsung secara online melalui Zoom. Untuk registrasi peserta dapat melalui nomor Whatsapp berikut: 08974273546

Kuota terbatas hanya untuk 100 peserta!

Bagi calon peserta yang tidak mendapatkan tempat dapat mengikutinya secara LIVE di kanal Youtube: PSPK UGM.

Seminar Bulanan “Rural Corner” 5 Maret 2020

Pemilihan kepala desa (Pilkades) secara langsung, sebagai metode berdemokrasi di desa, sudah berlangsung lama di Indonesia. Desa-desa di Pulau Jawa telah mempraktikkan Pilkades secara langsung sejak masa paskakemerdekaan hingga kini. UU Desa Tahun 2014 (pasal 31, ayat 1) menegaskan bahwa kepala desa dipilih secara langsung dan pelaksanaannya dilakukan secara serentak di seluruh wilayah kabupaten.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan praktik demokrasi, TIK diperkenalkan dan dipergunakan dalam gelaran Pilkades. Sejumlah desa telah mempraktikkan e-voting. Sebagai contoh, Pilkades dengan menerapkan e-voting telah berlangsung di Kabupaten Brebes pada bulan Desember 2019 dan di Kabupaten Boyolali pada bulan Juni 2019. Pilkades dengan e-voting secara serentak akan digelar di Kabupaten Sleman pada bulan Maret 2020.

Pemanfaatan TIK dalam Pilkades merupakan gejala politik dan demokrasi lokal yang menarik namun kurang didiskusikan secara publik. Sejumlah isu menarik bisa didiskusikan: sejauh mana pemanfaatan TIK dalam Pilkades mampu memajukan praktik demokrasi; apakah praktik e-voting bisa memitigasi dan mengurangi praktik politik uang dalam Pilkades, dan isu-isu demokrasi lokal lainnya.

Dalam kaitan inilah, seminar bulanan ini menghadirkan narasumber yang memiliki pengalaman riset dan praktisi yang terlibat dalam pemanfaatan TIK untuk Pilkades.

Gratis untuk umum! Untuk registrasi peserta dapat melalui nomor whatsapp berikut:
08974273546

Monthly Event: Rural Corner Februari 2020

Seiring dengan kewenangan desa yang makin luas, dan perkembangan teknologi informasi & komunikasi (TIK), pengembangan desa digital telah menjadi salah satu cara memajukan desa dan mensejahterakan warga desa. TIK bisa menjadi katalis perubahan di desa. Pemanfaatan TIK untuk pengembangan pelayanan publik, bisnis, pendidikan warga, dan kegiatan-kegiatan lainnya, memungkinkan munculnya inovasi-inovasi baru di desa. Dalam hal pelayanan publik, sebagai contoh, pada Januari 2018 desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang telah diresmikan menjadi desa digital. Desa Sepakung berhasil mengembangkan aplikasi berbasis gawai dengan nama PAMDES (Pelayanan Administrasi Mandiri Desa Sepakung) yang melayani kebutuhan pelayanan administrasi, keamanan, dan layanan kesehatan. Dalam hal bisnis, inovasi-inovasi usaha ekonomi berhasil dikembangkan oleh kaum muda di berbagai desa.

Meskipun desa digital telah menjadi salah satu jalan menuju kemajuan dan kesejahteraan masyarakat desa, upaya mengembangkan desa digital bukan hal yang mudah. Terdapat beragam problem yang mungkin menjadi penghambat, dari persoalan sumberdaya manusia, budaya masyarakat desa, ketersediaan prasarana & sarana, hingga kepentingan ekonomi politik para aktor dominan di desa. Pada titik ini, ada kebutuhan untuk memahami bagaimana sebenarnya proses dan pengalaman empirik dari pengembangan desa digital berlangsung: problem seperti apa yang selama ini dihadapi di tingkat desa, tantangan apa yang berasal dari kekuatan supra desa, dan strategi seperti apa yang dipraktikkan oleh para proponen desa digital. Dalam kaitan inilah, seminar bulanan ini menghadirkan narasumber yang memiliki pengalaman riset dan pengalaman pendampingan yang terkait dengan pengembangan sistem informasi desa dan pemanfaatan media baru di desa.

Gratis untuk umum! Untuk registrasi peserta dapat melalui nomor whatsapp berikut:
08974273546